Laman

Rabu, 15 Februari 2012

Pleng Tee Chun Mai Dai Tang

ah mai praw ..
mai meuan pleng tua pai..
t@e gub chun
pleng nee chang mee kwarm mai..
t@e la sieng took toy kum..
tee kian long pai oh~
jark roy yim kaung tur..
tee hai mah..
mun bung kup pahkk gai..
Hai seu kwarm mai..
pun kum raung tee klaung jaung..
gub kwarm nai jai..
tur roo reu mai tee chun tum dai..
gaw pen praw wah tur tung nun...

Reff:
Gaw pleng pleng ne tee dai fung nun..
chun mai dai tang tur roo mai..
mai bung aht rauk na kon dee..
woh oh~ roo reu plow..
wah krai tee kian pleng nee..
juum ow wai haii dee dee..

Reff 2:
Wah pleng pleng nee tee dai fung nun..
chun mai dai tang tur roo mai..
mai ung aht rauk na koon dee..
woh ohh~ roo reu plow..
wah krai tee kiang pleng..
jum ow wai hai dee dee..
kon nun keu tur..

Tur roo reu mai tee chum tum dai..
gaw pen praw wah tur tung nun..

Reff last :
Gaw pleng pleng nee tee dai fung nun..
chung mai dai *Censored tur roo mai..
mau bung aht raun na kon dee..
woh ohh~ roo reu plow..
wah kraii tee kian pleng nee..
jum ow wai hai dee dee..

Wah pleng pleng nee tee dai fung nun..
chun mai dai tang tur roo mai..
mai bung aht rauk na koon dee..
wooh ohh ~~~ roo reu plow..
wah krai tee kian pleng nee..
jum ow wai hai dee dee..kon nun keu tur...

Selasa, 14 Februari 2012

Robert Baden-Powell

 Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, 1st Baron Baden-Powell, OM, GCMG, GCVO, KCB (lahir di Paddington, London, Inggris, 22 Februari 1857 – meninggal di Nyeri, Kenya, 8 Januari 1941 pada umur 83 tahun) ialah tentara, penulis dan pendiri gerakan kepanduan dunia.

Kehidupan awal

Baden-Powell dilahirkan di Paddington, London pada 1857. Dia adalah anak ke-6 dari 8 anak profesor Savilian yang mengajar geometri di Oxford. Ayahnya, pendeta Harry Baden-Powell, meninggal ketika dia berusia 3 tahun, dan ia dibesarkan oleh ibunya, Henrietta Grace Smith, seorang wanita yang berketetapan bahwa anak-anaknya harus berhasil. Baden-Powell berkata tentang ibunya pada 1933, "Rahasia keberhasilan saya adalah ibu saya."
Selepas menghadiri Rose Hill School, Tunbridge Wells, Baden-Powell dianugerahi beasiswa untuk sekolah umum Charterhouse. Perkenalannya kepada kemahiran pramuka adalah memburu dan memasak hewan - dan menghindari guru - di hutan yang berdekatan, yang juga merupakan kawasan terlarang. Dia juga bermain piano dan biola, mampu melukis dengan baik dengan menggunakan kedua belah tangan dengan tangkas, dan gemar bermain drama. Masa liburan dihabiskan dengan ekspedisi belayar atau berkanu dengan saudara-saudaranya.
Dia mengarang beberapa buku, di antaranya yakni jungle book, girl guides, scouiting for boys, aids to scouting, rovering to succes

[sunting] Karier Ketentaraan

Pada tahun 1876, Baden-Powell bergabung dengan 13th Hussars di India. Pada tahun 1895 dia bertugas dengan dinas khusus di Afrika dan pulang ke India pada tahun 1897 untuk memimpin 5th Dragoon Guards.
Baden-Powell saling berlatih dan mengasah kemahiran kepanduannya dengan suku Zulu pada awal 1880-an di jajahan Natal Afrika Selatan di mana resimennya ditempatkan dan ia diberi penghargaan karena keberaniannya. Ada 3 penghargaan yang diberi angkatan perang Zulu yaitu:
  • impeesa : serigala yang tak pernah tidur, karena dia sering berjaga-jaga saat malam.
  • kantankye : orang pemakai topi lebar, karena dia selalu memakai topi lebar.
  • m'hlalapanzi: orang bertiarap yang siap menembak.
Kemahirannya mengagumkan dan dia kemudian dipindahkan ke dinas rahasia Inggris. Dia sering bertugas dengan menyamar sebagai pengumpul kupu-kupu, memasukkan rancangan instalasi militer ke dalam lukisan-lukisan sayap kupu-kupunya.
Baden-Powell kemudian ditempatkan di dinas rahasia selama 3 tahun di daerah Mediterania yang berbasis di Malta. Dia kemudian memimpin gerakan ketentaraannya yang berhasil di Ashanti, Afrika, dan pada usia 40 dipromosikan untuk memimpin 5th Dragoon Guards pada tahun 1897. Beberapa tahun kemudian, dia menulis buku panduan ringkas bertajuk "Aids to Scouting", ringkasan ceramah yang dia berikan mengenai peninjau ketentaraan, untuk membantu melatih perekrutan tentara baru. Menggunakan buku ini dan kaidah lain, ia melatih mereka untuk berpikir sendiri, menggunakan daya usaha sendiri, dan untuk bertahan hidup dalam hutan.
Baden-Powell kembali ke Afrika Selatan sebelum Perang Boer dan terlibat dalam beberapa tindakan melawan Zulu. Dinaikkan pangkatnya pada masa Perang Boer menjadi kolonel termuda dalam dinas ketentaraan Britania, dia bertanggung jawab untuk organisasi pasukan perintis yang membantu tentara biasa. Ketika merencanakan hal ini, dia terperangkap dalam pengepungan Mafeking, dan dikelilingi oleh tentara Boer yang melebihi 8.000 orang. Walaupun berjumlah lebih kecil, garnisun itu berhasil bertahan dalam pengepungan selama 217 hari. Sebagian besar keberhasilan itu dikatakan sebagai hasil beberapa muslihat yang dilaksanakan atas perintah Baden-Powell sebagai komandan garnisun. Ranjau-ranjau palsu ditanam, dan tentaranya diperintah untuk menghindari pagar kawat olok-olok (tidak ada) saat bergerak antara parit kubu.
Baden-Powell melaksanakan kebanyakan kerja peninjauan secara pribadi dan membina pasukan kanak-kanak asli untuk berjaga dan membawa pesan-pesan, kadang menembus pertahanan lawan. Banyak dari anak-anak ini kehilangan nyawanya dalam melaksanakan tugas. Baden-Powell amat kagum dengan keberanian mereka dan kesungguhan mereka yang ditunjukkan ketika melaksanakan tugas. Pengepungan itu dibubarkan oleh Pembebasan Mafeking pada 16 Mei 1900. Naik pangkat sebagai Mayor Jendral, Baden-Powell menjadi pahlawan nasional.
Setelah mengurusi pasukan polisi Afrika Selatan Baden-Powell kembali ke Inggris untuk bertugas sebagai Inspektur Jendral pasukan berkuda pada tahun 1903.

[sunting] Pulang ke Inggris

Setelah kembali, Baden-Powell mendapati buku panduan ketentaraannya "Aids to Scouting" telah menjadi buku terlaris, dan telah digunakan oleh para guru dan organisasi pemuda.
Kembali dari pertemuan dengan pendiri Boys' Brigade, Sir William Alexander Smith, Baden-Powell memutuskan untuk menulis kembali Aids to Scouting agar sesuai dengan pembaca remaja, dan pada tahun 1907 membuat satu perkemahan di Brownsea Island bersama dengan 22 anak lelaki yang berlatar belakang berbeda, untuk menguji sebagian dari idenya. Buku "Scouting for Boys" kemudian diterbitkan pada tahun 1908 dalam 6 jilid.
Kanak-kanak remaja membentuk "Scout Troops" secara spontan dan gerakan Pramuka berdiri tanpa sengaja, pada mulanya pada tingkat nasional, dan kemudian pada tingkat internasional. Gerakan pramuka berkembang seiring dengan Boys' Brigade. Suatu pertemuan untuk semua pramuka diadakan di Crystal Palace di London pada 1908, di mana Baden-Powell menemukan gerakan Pandu Puteri yang pertama. Pandu Puteri kemudian didirikan pada tahun 1910 di bawah pengawasan saudara perempuan Baden-Powell, Agnes Baden-Powell.
Walaupun dia sebenarnya dapat menjadi Panglima Tertinggi, Baden Powell memuutuskan untuk berhenti dari tentara pada tahun 1910 dengan pangkat Letnan Jendral menuruti nasihat Raja Edward VII, yang mengusulkan bahawa ia lebih baik melayani negaranya dengan memajukan gerakan Pramuka.
Pada Januari 1912 Baden-Powell bertemu calon isterinya Olave Soames di atas kapal penumpang (Arcadia) dalam perjalanan ke New York untuk memulai Lawatan Pramuka Dunia. Olave berusia 23, Baden-Powell 55, dan mereka berkongsi tanggal lahir. Mereka bertunangan pada September tahun yang sama dan menjadi sensasi pers, mungkin karena ketenaran Baden-Powell, karena perbedaan usia seperti itu lazim pada saat itu. Untuk menghindari gangguan pihak pers, mereka melangsungkan pernikahan secara rahasia pada 30 Oktober 1912. Dikatakan bahwa Baden-Powell hanya memiliki satu petualangan lain dengan wanita (pertunganannya yang gagal dengan Juliette Magill Kinzie Gordon).
Pramuka Inggris menyumbang satu penny masing-masing dan mereka membelikan Baden-Powel hadiah pernikahan, yaitu sebuah mobil Rolls Royce. ‹‹‹›››

[sunting] Perang Dunia I dan kejadian-kejadian selanjutnya

Ketika pecah Perang Dunia I pada tahun 1914, Baden-Powell menawarkan dirinya kepada Jabatan Perang. Tiada tanggung jawab diberikan kepada beliau, sebab, seperti yang dikatakan oleh Lord Kitchener: "dia bisa mendapatkan beberapa divisi umum dengan mudah tetapi dia tidak dapat mencari orang yang mampu meneruskan usaha baik Boy Scouts." Kabar angin menyatakan Baden-Powell terkait dalam kegiatan spionase dan dinas rahasia berusaha untuk menggalakkan mitos tersebut.
Baden-Powell dianugerahi gelar Baronet pada tahun 1922, dan bergelar Baron Baden-Powell, dari Gilwell dalam County Essex, pada tahun 1929. Taman Gilwell adalah tempat latihan Pemimpin Pramuka Internasional. Baden-Powell dianugerahi Order of Merit dalam sistem penghormatan Inggris pada tahun 1937, dan dianugerahi 28 gelar lain dari negara-negara asing.
Dalam sajak singkat yang ia tulis, ia menjelaskan bagaimana mengucapkan namanya:
Man, Nation, Maiden
Please call it Baden.
Further, for Powell
Rhyme it with Noël.
Dibawah usaha gigihnya pergerakan Pramuka dunia berkembang. Pada tahun 1922 terdapat lebih dari sejuta pramuka di 32 negara; pada tahun 1939 jumlah pramuka melebihi 3,3 juta orang.
Keluarga Baden-Powell memiliki tiga anak – satu anak laki-laki dan dua perempuan (yang mendapat gelar-gelar kehormatan pada 1929; anak laki-lakinya kemudian menggantikan ayahnya pada 1941:
  • Peter, kemudian 2nd Baron Baden-Powell (1913-1962)
  • Hon. Heather Baden-Powell (1915-1986)
  • Hon. Betty Baden-Powell (1917-2004) yang pada 1936 menikah dengan Gervase Charles Robert Clay (lahir 1912 dan memiliki 3 anak laki-laki dan 1 perempuan)
Tidak lama selepas menikah, Baden-Powell berhadapan dengan masalah kesehatan, dan mengalami beberapa serangan penyakit. Ia menderita sakit kepala terus menerus, yang dianggap dokternya berasal dari gangguan psikosomatis dan dirawat dengan analisa mimpi. Sakit kepala ini berhenti setelah ia tidak lagi tidur dengan Olave dan pindah ke kamar tidur baru di balkon rumahnya. Pada tahun 1934 prostatenya dibuang, dan pada tahun 1939 dia pindah ke sebuah rumah yang dibangunnya di Kenya, negara yang pernah dilawatinya untuk berehat. Dia meninggal dan dimakamkan di Kenya, di Nyeri, dekat Gunung Kenya, pada 8 Januari 1941.
Pada 1938 Royal Academy of Sweden menganugerahkan Lord Baden-Powell dan semua gerakan Pramuka hadiah Nobel Perdamaian untuk tahun 1939. Tapi pada 1939 Royal Academy memutuskan untuk tidak menganugerahkan hadiah untuk tahun itu, karena pecahnya Perang Dunia II.
Pergerakan Pramuka dan Pandu Puteri merayakan 22 Februari sebagai hari B-P, tanggal lahir bersama Robert dan Olave Baden-Powell, untuk memperingati dan meraikan jasa Ketua Pramuka dan Ketua Pandu Puteri Dunia.

[sunting] Mengenai ketertarikannya pada anak laki-laki

Dua penulis biografi Baden-Powell, Michael Rosenthal dari Columbia University dan Tim Jeal, menganggap bahwa ia adalah homoseksual yang tertekan. Buku Tim Jeal yang diriset selama lebih dari 5 tahun, diterbitkan oleh Yale University Press dan diterima dengan baik oleh New York Times, Washington Post dan penerbitan-penerbitan terkemuka lain.
Selain bukti-bukti lain, Jeal menyebutkan suatu contoh kejadian di bulan November 1919. Ketika mengunjungi Charterhouse, sekolahnya dulu, Baden-Powell tinggal bersama teman lamanya, A. H. Tod, seorang guru lajang dan pemilik rumah yang telah mengambil foto-foto telanjang murid-muridnya sebagai bagian dari kumpulan foto mengenai sekolah. Dalam buku hariannya, Baden-Powell menulis tentang hal ini: "Tinggal dengan Tod. Foto-foto anak laki-laki telanjang dan pohon-pohon yang diambil oleh Tod. Bagus sekali." Dalam surat-surat selanjutnya kepada Tod mengenai memulai gerakan Pramuka di sekolah itu, Baden-Powell menyebut bahwa ia akan segera berkunjung kembali dan menambahkan: "Mungkin saya ingin melihat kembali foto-fotomu yang indah itu."
Foto-foto Tod bertahan sampai tahun 1960-an, ketika mereka dihancurkan mungkin untuk "melindungi reputasi Tod." Namun R. Jenkyns mengatakan bahwa album tersebut mengandung foto-foto anak laki-laki telanjang dalam pose-pose yang, menurut pendapatnya, "dibuat-buat dan artifisial." Tidak ada alasan untuk mencurigai bahwa Tod atau Powell memiliki tujuan buruk, dan foto-foto tersebut dibuat sesuai dengan tradisi pada saat itu mengenai seni yang juga ditampilkan dalam lukisan-lukisan Henry Scott Tuke, foto-foto Baron Wilhelm von Gloeden, dan lain-lain.
Jeal juga menyebutkan bahwa Baden-Powell "...tetap memuji tubuh laki-laki ketika telanjang dan merendahkan tubuh wanita. Di Gilwell park, tempat perkemahan Pramuka di hutan Epping, ia selalu menikmati pemandangan anak-anak laki-laki berenang telanjang, dan kadang-kadang berbincang dengan mereka setelah mereka 'melepas baju mereka.'" (pembicaraan pribadi antara Jeal dan anggota-anggota Pramuka lama).
Walaupun menikmati keindahan anak-anak laki-laki, Baden-Powell tidak diketahui pernah bertindak dalam ketertarikannya dengan anak laki-laki. Sebaliknya, ia sangat teguh berpendapat untuk menekan keinginan seksual, terutama dalam komunikasinya dengan anak-anak laki-laki. Ia memasukkan larangan yang jelas melawan masturbasi dalam panduan-panduan Pramuka awal (sedemikian jelasnya sehingga Cox, penerbitnya, menolak untuk mencetak hal ini sebelum bahasanya diperhalus), dan sampai usia 80-an terus bersurat dengan anggota-anggota Pramuka dan memerintahkan mereka untuk mengendalikan keinginan mereka untuk "merusak diri sendiri." Ia percaya pada pendapat saat itu bahwa hal ini menyebabkan penyakit, kegilaan dan impotensi seksual. Pandangan-pandangannya tidak disetujui oleh semua orang. Dr. F. W. W. Griffin, editor The Scouter, menulis pada 1930 dalam buku untuk Rover Scouts bahwa godaan untuk bermasturbasi adalah "tahapan yang cukup alami dalam perkembangan" dan merujukkan anggota-anggota Pramuka kepada sebuah buku oleh H. Havelock Ellis yang berpendapat bahwa "usaha untuk mencapai hidup tanpa seks adalah kesalahan serius.

KEHILANGAN

pada 13 Februari 2012 pukul 18:25 ·

Gue Alishia, ini kisah cinta gue. Pahit manis nya cinta udah sering gue rasain. Bolak – balik ganti pacar juga pernah. Tapi, baru pertama kali gue merasa hal yg kaya gini. Kehilangan cowok yg bener – bener gue cintai ternyata emang nyakitin. Dan gue berharap loe jaga baik – baik cinta loe itu dan jangan sampai loe nyesel karena udah kehilangan orang yg paling loe cintai kaya gue.

“alish, bangun sayang. Apa kamu lupa hari ini pelajaran pertama ips pak budi ? mau kamu di jemur di lapangan lagi?” suara yg begitu ku kenal itu membuyarkan segala mimpi – mimpi yg susah payah ku lalui semalam. “ mama, kenapa baru bangunin alish sih ma.” Kataku sembari tergesa – gesa berlari menuju kamar mandi. “ mama udah bangunin kamu dari tadi. Kamu saja yg susah bangun” kata mama. Setelah mandi dan sarapan aku langsung berlari menuju sekolah ku SMA TUNAS BANGSA 1 yg jarak nya hanya 500 meter dari rumah ku jadi aku tak perlu naik kendaraan menuju sekolah.

Aku harus bergegas menuju sekolah karena waktu yg ku punya untuk berlari hanya tersisa 10 menit sebelum bel sekolah. Akhirnya aku sampai di sekolah setelah 15 menit berlari. gerbang sekolah memang belum di tutup tapi pintu kelas pasti tertutup untukku. Saat aku melewati lapangan basket, aku melihat seseorang yg belum pernah aku lihat sebelumnya. Dia cowok yg tampan, “ sumpah ganteng banget tuh cowok.” Bisik ku. Lamunan ku tiba – tiba terbuyarkan oleh suara pak budi guru ips ku. “ alishia kamu terlambat lagi.” Aku hanya tersenyum pada pak budi dan berharap beliau tak mengeluarkan taringnya. “ maaf pak saya khilaf” aku sudah sering mengalami ini karena sudah berkali – kali aku terlambat saat pelajaran pak budi. “ sekarang aku harus menerima hukuman dari pak budi yaitu berdiri di lapangan basket sampai jam pelajaran pak budi selesai.
Saat aku berdiri di lapangan itu aku bertemu lagi dengan cowok itu. Sumpah ganteng banget. Dia sepertinya melihat ke arah ku. “oh my god.” Bisikku. “ hey, gue nemu ini jatoh. punya lo kan ?” kata cowok itu. “ya ampun kalung nyokap gue. Makasih udah ngasih kalung ini” kataku lalu mengambil kalung itu dari tangan cowok itu. Tapi cowok itu justru pergi meninggalkanku.

Aku kembali ke kelas setelah hukuman ku selesai. Disini Nayla dan Satria sudah menungguku. Mereka saling bertatapan lalu bergantian menatapku. “ kenapa telat lagi lo ?” Tanya Satria dengan wajah yg muram “ biasa lah gue bangun telat” kataku dengan entengnya. “ loe lupa tugas ips kita lo yg bawa?” kata Nayla. “oh my god. Sumpah gue lupa” aku memelas pada mereka. “ tau gak sih Al, gara – gara lo kita berdua dihukum nyanyi lagu wajib 1 album di depan kelas. Untung suara gue bagus.” Kata Satria dengan mata melotot. “ ya maaf itung – itung latihan buat konser kan bisa. Hehehe “ kata ku. “ konser pala lu.” Teriak Nayla padaku.

Saat istirahat….
Aku bertemu lagi dengan cowok itu. Cowok yg mengembalikan kalung mamaku. Tapi apa yg dia lakuin disini ? di belakang gedung aula tempat yg sejuk dan rindang dengan pepohonan tempat biasa aku menghabiskan waktu istirahatku. Aku berusaha bersembunyi karena setiap aku menatapnya jantungku selalu berdetak kencang dan darahku sepertinya mengalir lebih deras. Oh Tuhan aku berharap dia tak melihatku.
“ lo lagi. Ngapain lo disini ?” kata cowok itu dengan suara yg benar – benar jazzy dan lembut yg pasti bisa membuat sejuta cewek meleleh seketika. “ bukan nya jawab malah diem aja. Hello, gue ngomong sama lo.” Aku tersentak dan kehilangan bayang – bayang tentang suaranya yg jazzy itu. “tiap istirahat gue mesti disini. Lo sendiri ngapain disini?” aku balas bertanya padanya. “ gue cari angin” jawabnya singkat. Aku membaca nama yg tertulis di seragamnya, Romi Rafael. Eh, gue salah baca Irash Rafael Tanubarata ternyata. Namun cowok itu segera menyadari bahwa aku membaca nama di dada nya. “ liat apa lo nama gue?” kata cowok bernama Irash itu. “ eng…enggak” kataku dengan agak gugup. “gak perlu nervous gitu. Nama gue Irash. Iya gue ngerti loe barusan baca nama gue. “ kata Irash dengan suara lembutnya itu. “gue Alishia Chantika Delvi.” Kataku dengan mengulurkan tangan lalu kami berjabat tangan.
Setelah perkenalan kami itu aku semakin dekat dengan Irash. Selain ganteng dan bersuara lembut dia juga cowok yg baik hati juga bener – bener beda banget sama Irash yg cuek waktu pertama kali aku ketemu dia. Hingga pada suatu hari dia datang ke rumah ku dan mengajakku ke suatu tempat.  “ lo suka tempat ini ?” Tanya Irash pada ku. “ hmm… suka. Tempat nya indah tenang banget disini.” Jawabku. Kami menghabiskan malam dengan melihat bintang di tempat itu.
“ Al, gue mau ngomong sesuatu sama lo. “ tiba – tiba wajah Irash menjadi serius. “ ngomong apa?” aku mulai penasaran dengan apa yg ingin dikatakan Irash. Apa dia juga memiliki perasaan yg sama dengan ku? Apa dia akan mengatakannya sekarang? “ gue mau pergi” Irash berkata dengan wajah yg murung. “ pergi? Kemana?” aku balas bertanya padanya. “ ke singapura. Mungkin dalam jangka waktu yang lama banget atau mungkin gak akan balik lagi kesini. “ kata Irash padaku. Seketika rasanya hatiku benar – benar tercabik. Aku berusaha menenangkan diriku agar tak menangis. Namun gagal, air mataku tumpah. Aku bersandar di bahunya dan aku menangis sepuasku. Aku tidak ingin kamu pergi Irash. Bibirku beku aku tak dapat mengucapkan kalimat itu. Aku tak bisa mengucapkan kalimat aku mencintainya. Irash menatapku, dia pasti tahu apa alasan aku menangis dia pasti juga tahu betapa aku mencintainya. betapa aku berharap dia tidak pergi meninggalkan aku. “ ini memang harus terjadi Alishia. Jangan menangis buat gue. Air mata lo terlalu berharga. Gue gk pantes lo tangisin. “ apa maksud dari perkataan itu?. “ gue bakal nunggu lo sampai lo pulang.” Itu kata terakhir yg dapat kukatakan padanya. Irash mengeluarkan sebuah kotak berwarna biru tua dari saku jaketnya dan memberinya kepadaku dan berkata “jangan tunggu gue. Gue enggak akan pulang.” Aku menerima kotak itu lalu membukanya ternyata isinya sebuah kalung berliontin berbentuk peri kecil dan salah satu batu permata terbesar bermata biru dengan ukiran huruf I di balik liontin tersebut. “ anggap ini kenang-kenangan dariku Alishia.” Dia menatapku dalam – dalam. Lalu dia memakaikan kalung itu di leherku. “lo makin cantik pake kalung ini.” Dia memelukku dan aku sangat merasa nyaman dengan pelukan itu. Aku berharap semoga malam ini tak berlalu semoga waktu tehenti agar kami tak berpisah.

Waktu berselang . . .
Hari – hari aku lewati tanpa Irash. Berlari menuju sekolah seperti tak ada semangat lagi karena tak ada Irash. Lapangan basket pun terlihat hampa tanpanya. dan Saat aku berjalan melewati lapangan basket itu aku teringat saat pertama kali aku melihat Irash dan dia mengembalikan kalungku. Semua kenangan itu tak mungkin aku lupakan begitu saja. Tak terasa hari – hari yg hampa tanpa Irash di sekolah ini akan segera berakhir. Inilah saat pelepasan siswa kelas 12 dan aku berharap Irash akan datang.

“  Alishia chantika devi. “ namaku dipanggil untuk maju ke panggung untuk membacakan kata – kata perpisahan. “pada pagi ini saya akan mengucapkan sepatah dua patah kata. Semua cerita terukir di sekolah ini mulai dari perkenalan bahkan perpisahan. Semua yg bertemu pasti akan terpisahkan seperti…” saat akan melanjutkan kalimat ku, aku seperti melihat Irash. Apakah benar itu dia? Irash. Aku langsung turun dari panggung itu dan berlari menuju tempat aku melihat Irash. Seluruh mata menatapku dan guru – guru juga memanggilku untuk kembali namun aku menghiraukannya dan terus berlari mengejar Irash. Aku berteriak – teriak memanggil namanya sambil menitihkan air mata bahagia karena dapat melihatnya lagi “ Irash, Irash” namun tak ada jawaban. Ketika aku menuju belakang aula aku melihat seorang lelaki berbaju hitam sama seperti Irash tadi. Ketika aku menghampirinya lelaki itu berbalik menatapku. aku tidak mempercayai ini. “ Irash kamu kembali” kataku . dia menatap ku heran “ aku bukan Irash. mungkin Kami sangat mirip sehingga sulit dibedakan.” Satu yg membedakanya dengan Irash yaitu suara mereka yg berbeda.
“ siapa lo?”
“ gue Adira. Adik Irash. Tapi itu enggak penting ada satu hal yg…. “
Aku buru – buru memutus kalimatnya. “ mana Irash ? apa dia udah balik dari Singapura ? “ wajah adira tiba – tiba berubah. “ Irash, dia enggak pernah ke Singapura. “ aku bingung dengan kata – kata adira sehingga aku bertanya. “ apa maksud lo?” adira mengeluarkan sepucuk surat berwarna biru tua dari saku nya. “ lo bakal tau sendiri setelah lo baca surat ini.” Ku ambil surat itu dari tangan Adira. Ku buka dan ku baca satu persatu setiap kalimat nya.



Buat                                                                  
Alishia chantika delvi
Yg gue sayangi,

          Gue berharap loe mau baca surat dari gue ini Al. loe adalah cewe pertama yg bisa bikin gue jatuh cinta. Gue tahu loe pasti marah kalo tahu gue bohong sama loe. Ada satu hal yg pengen gue ungkapin dari dulu ke loe. Gue cinta banget sama loe. Gak ada yg bisa ganti loe di hati gue Al.
          Gue berharap saat loe baca surat ini loe udah gak nunggu gue lagi. Dan gue berharap loe udah punya pengganti gue karena saat loe pegang kertas ini gue udah gak ada di dunia ini. satu lagi, maafin semua dosa gue ke elo biar gue bisa pergi dengan tenang. Ingatlah Alishia setiap pertemuan pasti berakhir dengan perpisahan termasuk aku dan kamu. Sekarang kita ada di dunia yg berbeda. Ku mohon jangan bersedih apalagi menangis untukku Al. aku mencintaimu lebih dari apapun bahkan nyawaku.
          Selamat tinggal,
                                                                                       I love you,
                                                                             Irash Rafael tanubrta




saat membaca surat ini air mata ku mengalir sangat deras. Aku tak dapat berkata- kata lagi selain tangis. Adira menatapku, ia menyandarkan wajah ku ke pundak nya ia pasti tahu aku mencintai Irash. “ al, gue emang belum pernah kenal lo tapi gue liat dari wajah lo, lo juga cinta sama Irash. Tapi harus lo tahu sehari sebelum keberangkatan Irash ke Singapura dia sadar penyakitnya semakin parah. Akhirnya dia bikin surat ini buat lo karena dia udah kerasa hidunya udah gak lama lagi. Setelah Irash selesai bikin surat ini, dia langsung terjatuh dari tempat duduknya. Kami udah berusaha bawa dia ke rumah sakit terdekat . “ adira terdiam beberapa saat “ tapi nyawanya tak tertolong. Gue nemuin surat ini digenggaman tangan dia.”

Tak kuasa ku menahan tangis ini. Adira telah selesai menceritakan semua kisah tentang Irash. Tentang Irash yg selalu tersenyum ketika melihatku dari kejauhan, tentang Irash tak pernah berhenti sebentarpun tuk mencintaiku, tentang penyakit yg dideritanya selama ini dan mengapa irash mencintaiku.


by

vlora dewi

Wish You Were Here

I can be tough
I can be strong
But with you, It's not like that at all

Theres a girl who gives a shit

Behind this wall
You just walk through it

[refrain]

And I remember all those crazy thing you said
You left them running through my head
You're always there, you're everywhere
But right now I wish you were here

All those crazy things we did

Didn't think about it just went with it
You're always there, you're everywhere
But right now I wish you were here

[chorus]

Damn, Damn, Damn,
What I'd do to have you
Here, Here, Here
I wish you were here

Damn, Damn, Damn,

What I'd do to have you
Near, Near, Near
I wish you were here.

I love the way you are

It's who I am don't have to try hard
We always say, Say like it is
And the truth is that I really miss

[refrain]

All those crazy thing you said
You left them running through my head
You're always there, you're everywhere
But right now I wish you were here

All those crazy things we did

Didn't think about it just went with it
You're always there, you're everywhere
But right now I wish you were here

[chorus]

Damn, Damn, Damn,
What I'd do to have you
Here, Here, Here
I wish you were here

Damn, Damn, Damn,

What I'd do to have you
Near, Near, Near
I wish you were here.

[bridge]

No, I don't wanna let go
I just wanna let you know
That I never wanna let go
Let go, Oh, Oh,

No, I don't wanna let go

I just wanna let you know
That I never wanna let go
Let go, Let go, Let go...

[chorus]

Damn, Damn, Damn,
What I'd do to have you
Here, Here, Here
I wish you were here

Damn, Damn, Damn,

What I'd do to have you
Near, Near, Near
I wish you were here