Laman

Selasa, 14 Februari 2012

KEHILANGAN

pada 13 Februari 2012 pukul 18:25 ·

Gue Alishia, ini kisah cinta gue. Pahit manis nya cinta udah sering gue rasain. Bolak – balik ganti pacar juga pernah. Tapi, baru pertama kali gue merasa hal yg kaya gini. Kehilangan cowok yg bener – bener gue cintai ternyata emang nyakitin. Dan gue berharap loe jaga baik – baik cinta loe itu dan jangan sampai loe nyesel karena udah kehilangan orang yg paling loe cintai kaya gue.

“alish, bangun sayang. Apa kamu lupa hari ini pelajaran pertama ips pak budi ? mau kamu di jemur di lapangan lagi?” suara yg begitu ku kenal itu membuyarkan segala mimpi – mimpi yg susah payah ku lalui semalam. “ mama, kenapa baru bangunin alish sih ma.” Kataku sembari tergesa – gesa berlari menuju kamar mandi. “ mama udah bangunin kamu dari tadi. Kamu saja yg susah bangun” kata mama. Setelah mandi dan sarapan aku langsung berlari menuju sekolah ku SMA TUNAS BANGSA 1 yg jarak nya hanya 500 meter dari rumah ku jadi aku tak perlu naik kendaraan menuju sekolah.

Aku harus bergegas menuju sekolah karena waktu yg ku punya untuk berlari hanya tersisa 10 menit sebelum bel sekolah. Akhirnya aku sampai di sekolah setelah 15 menit berlari. gerbang sekolah memang belum di tutup tapi pintu kelas pasti tertutup untukku. Saat aku melewati lapangan basket, aku melihat seseorang yg belum pernah aku lihat sebelumnya. Dia cowok yg tampan, “ sumpah ganteng banget tuh cowok.” Bisik ku. Lamunan ku tiba – tiba terbuyarkan oleh suara pak budi guru ips ku. “ alishia kamu terlambat lagi.” Aku hanya tersenyum pada pak budi dan berharap beliau tak mengeluarkan taringnya. “ maaf pak saya khilaf” aku sudah sering mengalami ini karena sudah berkali – kali aku terlambat saat pelajaran pak budi. “ sekarang aku harus menerima hukuman dari pak budi yaitu berdiri di lapangan basket sampai jam pelajaran pak budi selesai.
Saat aku berdiri di lapangan itu aku bertemu lagi dengan cowok itu. Sumpah ganteng banget. Dia sepertinya melihat ke arah ku. “oh my god.” Bisikku. “ hey, gue nemu ini jatoh. punya lo kan ?” kata cowok itu. “ya ampun kalung nyokap gue. Makasih udah ngasih kalung ini” kataku lalu mengambil kalung itu dari tangan cowok itu. Tapi cowok itu justru pergi meninggalkanku.

Aku kembali ke kelas setelah hukuman ku selesai. Disini Nayla dan Satria sudah menungguku. Mereka saling bertatapan lalu bergantian menatapku. “ kenapa telat lagi lo ?” Tanya Satria dengan wajah yg muram “ biasa lah gue bangun telat” kataku dengan entengnya. “ loe lupa tugas ips kita lo yg bawa?” kata Nayla. “oh my god. Sumpah gue lupa” aku memelas pada mereka. “ tau gak sih Al, gara – gara lo kita berdua dihukum nyanyi lagu wajib 1 album di depan kelas. Untung suara gue bagus.” Kata Satria dengan mata melotot. “ ya maaf itung – itung latihan buat konser kan bisa. Hehehe “ kata ku. “ konser pala lu.” Teriak Nayla padaku.

Saat istirahat….
Aku bertemu lagi dengan cowok itu. Cowok yg mengembalikan kalung mamaku. Tapi apa yg dia lakuin disini ? di belakang gedung aula tempat yg sejuk dan rindang dengan pepohonan tempat biasa aku menghabiskan waktu istirahatku. Aku berusaha bersembunyi karena setiap aku menatapnya jantungku selalu berdetak kencang dan darahku sepertinya mengalir lebih deras. Oh Tuhan aku berharap dia tak melihatku.
“ lo lagi. Ngapain lo disini ?” kata cowok itu dengan suara yg benar – benar jazzy dan lembut yg pasti bisa membuat sejuta cewek meleleh seketika. “ bukan nya jawab malah diem aja. Hello, gue ngomong sama lo.” Aku tersentak dan kehilangan bayang – bayang tentang suaranya yg jazzy itu. “tiap istirahat gue mesti disini. Lo sendiri ngapain disini?” aku balas bertanya padanya. “ gue cari angin” jawabnya singkat. Aku membaca nama yg tertulis di seragamnya, Romi Rafael. Eh, gue salah baca Irash Rafael Tanubarata ternyata. Namun cowok itu segera menyadari bahwa aku membaca nama di dada nya. “ liat apa lo nama gue?” kata cowok bernama Irash itu. “ eng…enggak” kataku dengan agak gugup. “gak perlu nervous gitu. Nama gue Irash. Iya gue ngerti loe barusan baca nama gue. “ kata Irash dengan suara lembutnya itu. “gue Alishia Chantika Delvi.” Kataku dengan mengulurkan tangan lalu kami berjabat tangan.
Setelah perkenalan kami itu aku semakin dekat dengan Irash. Selain ganteng dan bersuara lembut dia juga cowok yg baik hati juga bener – bener beda banget sama Irash yg cuek waktu pertama kali aku ketemu dia. Hingga pada suatu hari dia datang ke rumah ku dan mengajakku ke suatu tempat.  “ lo suka tempat ini ?” Tanya Irash pada ku. “ hmm… suka. Tempat nya indah tenang banget disini.” Jawabku. Kami menghabiskan malam dengan melihat bintang di tempat itu.
“ Al, gue mau ngomong sesuatu sama lo. “ tiba – tiba wajah Irash menjadi serius. “ ngomong apa?” aku mulai penasaran dengan apa yg ingin dikatakan Irash. Apa dia juga memiliki perasaan yg sama dengan ku? Apa dia akan mengatakannya sekarang? “ gue mau pergi” Irash berkata dengan wajah yg murung. “ pergi? Kemana?” aku balas bertanya padanya. “ ke singapura. Mungkin dalam jangka waktu yang lama banget atau mungkin gak akan balik lagi kesini. “ kata Irash padaku. Seketika rasanya hatiku benar – benar tercabik. Aku berusaha menenangkan diriku agar tak menangis. Namun gagal, air mataku tumpah. Aku bersandar di bahunya dan aku menangis sepuasku. Aku tidak ingin kamu pergi Irash. Bibirku beku aku tak dapat mengucapkan kalimat itu. Aku tak bisa mengucapkan kalimat aku mencintainya. Irash menatapku, dia pasti tahu apa alasan aku menangis dia pasti juga tahu betapa aku mencintainya. betapa aku berharap dia tidak pergi meninggalkan aku. “ ini memang harus terjadi Alishia. Jangan menangis buat gue. Air mata lo terlalu berharga. Gue gk pantes lo tangisin. “ apa maksud dari perkataan itu?. “ gue bakal nunggu lo sampai lo pulang.” Itu kata terakhir yg dapat kukatakan padanya. Irash mengeluarkan sebuah kotak berwarna biru tua dari saku jaketnya dan memberinya kepadaku dan berkata “jangan tunggu gue. Gue enggak akan pulang.” Aku menerima kotak itu lalu membukanya ternyata isinya sebuah kalung berliontin berbentuk peri kecil dan salah satu batu permata terbesar bermata biru dengan ukiran huruf I di balik liontin tersebut. “ anggap ini kenang-kenangan dariku Alishia.” Dia menatapku dalam – dalam. Lalu dia memakaikan kalung itu di leherku. “lo makin cantik pake kalung ini.” Dia memelukku dan aku sangat merasa nyaman dengan pelukan itu. Aku berharap semoga malam ini tak berlalu semoga waktu tehenti agar kami tak berpisah.

Waktu berselang . . .
Hari – hari aku lewati tanpa Irash. Berlari menuju sekolah seperti tak ada semangat lagi karena tak ada Irash. Lapangan basket pun terlihat hampa tanpanya. dan Saat aku berjalan melewati lapangan basket itu aku teringat saat pertama kali aku melihat Irash dan dia mengembalikan kalungku. Semua kenangan itu tak mungkin aku lupakan begitu saja. Tak terasa hari – hari yg hampa tanpa Irash di sekolah ini akan segera berakhir. Inilah saat pelepasan siswa kelas 12 dan aku berharap Irash akan datang.

“  Alishia chantika devi. “ namaku dipanggil untuk maju ke panggung untuk membacakan kata – kata perpisahan. “pada pagi ini saya akan mengucapkan sepatah dua patah kata. Semua cerita terukir di sekolah ini mulai dari perkenalan bahkan perpisahan. Semua yg bertemu pasti akan terpisahkan seperti…” saat akan melanjutkan kalimat ku, aku seperti melihat Irash. Apakah benar itu dia? Irash. Aku langsung turun dari panggung itu dan berlari menuju tempat aku melihat Irash. Seluruh mata menatapku dan guru – guru juga memanggilku untuk kembali namun aku menghiraukannya dan terus berlari mengejar Irash. Aku berteriak – teriak memanggil namanya sambil menitihkan air mata bahagia karena dapat melihatnya lagi “ Irash, Irash” namun tak ada jawaban. Ketika aku menuju belakang aula aku melihat seorang lelaki berbaju hitam sama seperti Irash tadi. Ketika aku menghampirinya lelaki itu berbalik menatapku. aku tidak mempercayai ini. “ Irash kamu kembali” kataku . dia menatap ku heran “ aku bukan Irash. mungkin Kami sangat mirip sehingga sulit dibedakan.” Satu yg membedakanya dengan Irash yaitu suara mereka yg berbeda.
“ siapa lo?”
“ gue Adira. Adik Irash. Tapi itu enggak penting ada satu hal yg…. “
Aku buru – buru memutus kalimatnya. “ mana Irash ? apa dia udah balik dari Singapura ? “ wajah adira tiba – tiba berubah. “ Irash, dia enggak pernah ke Singapura. “ aku bingung dengan kata – kata adira sehingga aku bertanya. “ apa maksud lo?” adira mengeluarkan sepucuk surat berwarna biru tua dari saku nya. “ lo bakal tau sendiri setelah lo baca surat ini.” Ku ambil surat itu dari tangan Adira. Ku buka dan ku baca satu persatu setiap kalimat nya.



Buat                                                                  
Alishia chantika delvi
Yg gue sayangi,

          Gue berharap loe mau baca surat dari gue ini Al. loe adalah cewe pertama yg bisa bikin gue jatuh cinta. Gue tahu loe pasti marah kalo tahu gue bohong sama loe. Ada satu hal yg pengen gue ungkapin dari dulu ke loe. Gue cinta banget sama loe. Gak ada yg bisa ganti loe di hati gue Al.
          Gue berharap saat loe baca surat ini loe udah gak nunggu gue lagi. Dan gue berharap loe udah punya pengganti gue karena saat loe pegang kertas ini gue udah gak ada di dunia ini. satu lagi, maafin semua dosa gue ke elo biar gue bisa pergi dengan tenang. Ingatlah Alishia setiap pertemuan pasti berakhir dengan perpisahan termasuk aku dan kamu. Sekarang kita ada di dunia yg berbeda. Ku mohon jangan bersedih apalagi menangis untukku Al. aku mencintaimu lebih dari apapun bahkan nyawaku.
          Selamat tinggal,
                                                                                       I love you,
                                                                             Irash Rafael tanubrta




saat membaca surat ini air mata ku mengalir sangat deras. Aku tak dapat berkata- kata lagi selain tangis. Adira menatapku, ia menyandarkan wajah ku ke pundak nya ia pasti tahu aku mencintai Irash. “ al, gue emang belum pernah kenal lo tapi gue liat dari wajah lo, lo juga cinta sama Irash. Tapi harus lo tahu sehari sebelum keberangkatan Irash ke Singapura dia sadar penyakitnya semakin parah. Akhirnya dia bikin surat ini buat lo karena dia udah kerasa hidunya udah gak lama lagi. Setelah Irash selesai bikin surat ini, dia langsung terjatuh dari tempat duduknya. Kami udah berusaha bawa dia ke rumah sakit terdekat . “ adira terdiam beberapa saat “ tapi nyawanya tak tertolong. Gue nemuin surat ini digenggaman tangan dia.”

Tak kuasa ku menahan tangis ini. Adira telah selesai menceritakan semua kisah tentang Irash. Tentang Irash yg selalu tersenyum ketika melihatku dari kejauhan, tentang Irash tak pernah berhenti sebentarpun tuk mencintaiku, tentang penyakit yg dideritanya selama ini dan mengapa irash mencintaiku.


by

vlora dewi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar